Dakwah adalah Cinta
Pernahkah
kita merenungi, ketika Ibu kita, atau ayah kita, kakak, paman/bibi, kakek/nenek
kita marah kepada kita ketika kita berbuat salah. Apakah mereka marah karena
membenci kita?
Friends,
orang-orang di atas marah bukan karena mereka membenci kita. Tapi sebaliknya,
mereka marah justru karena mereka menyayangi kita. Mereka mencintai kita.
Itulah cinta sejati kepada sesama.
“Cinta
bukan berarti memberikan segala yang disenangi orang yang kita cintai. Tapi
cinta adalah memberikan segalanya untuk kebaikan orang yang kita cintai,
meskipun dia membencinya”. Setuju?
Yups,
orangtua kita tidak mungkin akan membiarkan kita kalau kita berbuat salah. Tidak
mungkin – kecuali orang tua yang gila atau mereka sudah tidak mencintai anaknya
lagi – akan mengatakan kepada anaknya yang mencuri mangga miliki tetangga, “Wah
hebat sekali kamu, Nak. Kamu mencuri di mana tadi? Besok ambil lebih banyak
ya?”. Tentu tidak, sebab bila itu terjadi maka kita akan menjadi orang yang
tidak pernah memiliki perasaan bersalah dan pada ujungnya kita akan melakukan
tindakan sesuka hati. Kita akan menjadi liar!
Dakwah
adalah cinta. Berarti ketika kita berdakwah mengajak manusia kepada Islam,
melakukan amar ma’ruf nahi munkar itu adalah karena kita cinta, sayang dan
peduli kepada sesama manusia. Dengan berdakwah kita menghendaki manusia untuk
menjadi baik, yaitu selalu terikat dengan aturan-aturan Sang Pencipta.
Ideologi
kapitalisme yang rusak – yang dianut hampir semua negara – telah menjerumuskan
manusia ke dalam kemelut masalah yang sepertinya tidak pernah ada
penyelesaiannya. Kemiskinan yang membuat orang kesulitan mengakses pendidikan
sehingga menyebabkan merajalelanya kebodohan, kebodohan yang mengakibatkan
rendahnya SDM sehingga menurunkan produktivitas, menurunnya produktivitas
menyebabkan minimnya penghasilan, minimnya penghasilan sudah pasti menyebabkan
kemiskinan dan seterusnya, terus berputar seperti lingkaran setan.
Sistem
ini juga menyebabkan menjamurnya praktek korupsi dan suap. Tengoklah di TV-TV.
Para pejabat yang terjerat kasus korupsi hampir setiap hari kita temukan,
seolah menjadi menu tambahan setelah “4 Sehat 5 Sempurna” (enaknya jadi apa ya?
Mungkin “4 Sehat 5 Sempurna 6 Luar Biasa”. Ada yang setuju? Ada ide lebih baik?
Hehe...). Lihat pula bagaimana menjamurnya praktek suap. Suap hakim/pejabat,
suap untuk mendapat pekerjaan, suap untuk “melincinkan” urusan, suap sana suap
sini. Musim pemilu adalah pemandangan paling mengerikan!
Para
pemuda juga tidak luput dari wabah yang dibawa ideologi ini, bahkan menjadi
sasaran utama. Budaya F4 (Fun, Food, Fashion, Fight) dan 3S (Sex, Song, Sport)
benar-benar sukses merusak generasi muda. Narkoba, pergaulan bebas dan
lain-lain telah menjadi pemandangan sehari-hari dewasa ini. Menu ke-7.
Mungkin
pas jika dikatakan zaman sekarang adalah zaman ‘jahiliyah modern’. Bagaimana
tidak? Jika di zaman jahiliyah – sebelum datang Islam – banyak terjadi perang
antar suku, sekarang banyak orang, apalagi pemuda mati sia-sia karena tawuran,
bentrok antarsupporter bola dan lain-lain. Dulu minuman keras (khamr)
dan prostitusi banyak ditemukan di tengah-tengah masyarakat. Sama. Malah
sekarang mendapat perlindungan undang-undang. Dulu orang jahiliyah mengubur
bayi perempuan hidup-hidup karena dianggap aib. Sekarang, bahkan belum tahu si
jabang bayi laki-laki atau perempuan sudah dibunuh (diaborsi). Dulu praktek
riba menjamur di tengah-tengah kehidupan, sekarang bahkan riba menjadi tulang
punggung ekonomi negara!
Dan
masih banyak lagi budaya jahiliyah yang menjadi makanan kita sehari-hari. Wis
toh, wareg-wareg!!
Friends,
begitu hancurnya tata kehidupan dalam sistem kapitalis sampai seolah-olah
manusia akan binasa olehnya. Namun, di tengah-tengah hiruk-pikuk itu, umat
mulai menemukan secercah cahaya. Cahaya itu yang akan menyelamatkan manusia dan
mengembalikan kehidupan yang mulia. Cahaya itu adalah Islam. Islam adalah agama
yang sempurna, yang mengatur segala aspek kehidupan dan yang akan mampu
menyelamatkan manusia dari kerusakan yang ditimbulkan oleh ideologi
kapitalisme.
Islam
adalah agama rahmatan lil ‘alamin. Allah swt berfirman:
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِّلْعَالَمِينَ
Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk
(menjadi) rahmat bagi semesta alam.(QS. Al-Anbiyaa’ : 107)
Hanya
dengan menerapkan aturan Islam secara kaffah dan meninggalkan kapitalisme, umat
bisa meraih kemuliaan seperti yang pernah terjadi di masa lalu ketika kehidupan
diatur dengan menggunakan hukum Islam. Masyarakat hidup sejahtera di bawah
naungan Khilafah Islam dan mampu menorehkan prestasi gemilang.
Friends,
jika kita benar-benar mencintai dan peduli pada keluarga kita, kerabat, sesama
muslim dan manusia secara keseluruhan tentu kita menghendaki kebaikan untuk
mereka MESKIPUN MEREKA MEMBENCINYA.
Bisa
jadi – dan ini sudah banyak terjadi – ketika kita mendakwahi mereka, mereka
justru tidak menyukai kita. Mereka akan menganggap kita sok suci, suka ikut
campur urusan orang lain dan sebagainya. Bahkan mereka akan menganggap kita
aliran keras hanya karena kita menyerukan penerapan Islam secara kaffah (menyeluruh)
dalam seluruh aspek kehidupan.
So,
kita harus bersabar dan tak boleh mudah menyerah. Jangan patah semangat karena
“cinta” kita ditolak. Jika kita bersabar, insya Allah suatu saat mereka akan
menyadari ketulusan cinta kita dan menerima kita. Pada akhirnya mereka akan mau
hidup dalam tatanan syariat Islam yang memuliakan manusia dan mencampakkan
sistem kapitalisme yang menyengsarakan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar