Selasa, 02 Juli 2013

MENGAPA HARUS BERDAKWAH? (2)

MENGAPA HARUS BERDAKWAH? (2)


Sebelumnya kita telah membahas alasan pertama mengapa kita harus berdakwah. Karena Islam agama dakwah dan kalimat laa ilaha illallah muhammadan rasulullah adalah inti ajaran Islam dan sekaligus pendorong utama kegiatan dakwah.
Friends, alasan selanjutnya mengapa kita harus berdakwah adalah karena kita mengikuti teladan kita baginda Nabi Muhammad saw. Kita tahu bahwa dakwah adalah misi utama kenabian beliau saw. Sepanjang Nabi Muhammad diutus sebagai nabi dan rasul maka kehidupan beliau tidak pernah lepas dari aktivitas dakwah menyampaikan risalah Islam kepada bangsa Arab dan juga seluruh umat manusia.
Allah SWT berfirman:
إِنَّا أَرْسَلْنَاكَ بِالْحَقِّ بَشِيراً وَنَذِيراً وَإِن مِّنْ أُمَّةٍ إِلَّا خلَا فِيهَا نَذِيرٌ
Sesungguhnya Kami mengutus kamu dengan membawa kebenaran sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan. Dan tidak ada suatu umatpun melainkan telah ada padanya seorang pemberi peringatan. (QS. Fathir: 24)
Kalau kita mempelajari sejarah kehidupan Rasul saw – semenjak diutus sebagai nabi dan rasul hingga beliau wafat – maka akan terpampang nyata (bahasanya Syahroni) bahwa kehidupan Nabi saw adalah kehidupan dakwah.
Pertama, sejak beliau diangkat menjadi nabi dan rasul, sepulang dari gua Hira’ setelah pertemuan beliau dengan malaikat Jibril, Nabi saw langsung mengajak istri beliau tercinta Khadijah ra. untuk beriman kepada Allah dan beriman bahwa Beliau saw adalah utusan Allah. Khadijah pun beriman dan menjadi pendukung utama dakwah Nabi Muhammad saw.
Lalu Rasul saw mengajak Ali bin Abi Thalib, Abu Bakar dan Zaid bin Haritsah. Mereka pun beriman. Rasulullah terus mengajak masyarakat untuk memeluk agama Islam dan meninggalkan kehidupan jahiliyah yang rusak. Sebagian masyarakat menerima dakwah Nabi dan masuk Islam, sementara sebagian lagi ada yang menolak bahkan memusuhi dakwah Nabi.
Friends, kita musti salut kepada teladan kita Nabi Muhammad saw. Kenapa? Karena beliau sangat gigih dalam berdakwah dan tidak kenal menyerah meskipun banyak yang menentang beliau. Beliau seringkali diejek, dihina, difitnah, dicaci-maki bahkan dianiaya, dilempari kotoran dan berbagai perlakuan buruk tapi beliau tetap teguh memperjuangkan agama Allah. Beliau juga tidak tertarik dengan tawaran kaum kafir Quraisy, bahwa mereka akan memberikan harta yang berlimpah, kedudukan tinggi dan akan dicarikan wanita tercantik untuk dinikahkan dengan beliau asalkan beliau meninggalkan dakwah. Friends, tahukah kalian apa jawaban Nabi saw ketika mendapat tawaran seperti itu? Ini jawaban beliau:
“Demi Allah, seandainya mereka meletakkan matahari di tangan kananku dan bulan di tangan kiriku agar aku meninggalkan persoalan ini (Islam) hingga Allah memenangkan perkara ini atau aku mati karenanya, niscaya aku tidak akan meninggalkan persoalan ini”.
Kedua. Setelah pada awalnya dakwah dilakukan secara sembunyi-sembunyi, pada tahapan selanjutnya dakwah pun dilakukan secara terang-terangan, tanpa tedeng aling-aling! Ketika Rasul melakukan dakwah secara terbuka maka permusuhan kafir Quraisy semakin besar. Mereka semakin “gerah” dengan dakwah Nabi saw. Mereka semakin brutal.
Para sahabat Nabi mulai mendapat penganiayaan. Ada yang dijemur di padang pasir yang panas membara dan di atasnya ditindih batu besar. Ada juga yang disiksa hingga menjadi syuhada’. Mereka dipaksa agar keluar dari Islam, tetapi keteguhan iman mereka telah mengalahkan pedihnya siksaan. Rasulullah sendiri mengalami pemboikotan (embargo) selama tiga tahun sehingga beliau sangat menderita. Sekali lagi kita harus salut pada perjuangan Rasulullah dan para sahabat beliau.
Dan masih banyak kesulitan yang dihadapi Rasulullah dan para sahabat. dalam rangka mendakwahkan risalah Islam ke tengah-tengah masyarakat. Berapa banyak? Banyak sekali! Makanya tidak mungkin disebutkan satu-persatu dalam tulisan ini. Untuk lebih lengkapnya silahkan baca sendiri di kitab-kitab siroh Nabi. Di sini singkat saja, dan kita langsung masuk ke tahap ketiga.
Ketiga, Rasulullah beralih dari dakwah di Makkah menuju Madinah. Di sini Rasulullah saw bukan hanya menjadi seorang da’i yang menyeru manusia ke jalan Allah, tapi di Madinah Rasul juga berperan sebagai seorang kepala negara. Di Madinah dakwah Rasul diterima dan masyarakat mayoritas memeluk Islam. Hukum yang diterapkan juga hukum Islam. Wah, sudah enak dong. Sudah nggak dimusuhi lagi?
Seandainya Rasulullah berhenti sampai Madinah, di sini masyarakat menerima Rasulullah dan bersedia melindungi beliau, mungkin sudah enak. Mungkin. Tapi bukanlah seorang Rasul jika beliau saw berhenti berdakwah menyampaikan risalah Islam. Dakwah terus berlanjut.
Rasulullah saw mengajak seluruh bangsa Arab dan memerangi mereka hingga masuk Islam. Tidak hanya itu, Rasulullah juga mengajak raja-raja Mesir, Persia sampai Romawi untuk memeluk agama Islam dan mengancam mereka dengan siksaan neraka. Ini bukan main-main, Friends. Umat Islam pada waktu itu masih sangat sedikit dan sudah berani menghadapi negara-negara adidaya semacam Romawi dan Persia. Coba kalau sekarang, umat Islam sedemikian besar tapi tidak berkutik melawan musuh-musuh Islam yang sering menghina Islam. Kok bisa ya? Ada di pembahasan lain. Insya Allah.
Demikianlah, kehidupan Rasulullah saw tidak pernah lepas dari aktivitas dakwah. So, kita sebagai umat Islam wajib mengikuti beliau.
Rasulullah saw bersabda: “Sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat”. Ini salah satu perintah untuk berdakwah, selain banyak sekali ayat-ayat Al-Qur’an dan hadits Nabi yang memerintahkan hal yang sama.

Friends, dakwah di masa sekarang – dimana masyarakat telah jauh dari ajaran Islam dan tidak lagi menerapkan hukum Islam – adalah mengajak masyarakat untuk kembali menerapkan syariat Islam dalam seluruh aspek kehidupan. Syariat Islam wajib dilaksanakan secara kaffah (keseluruhan) sehingga kita berdosa jika tidak menerapkan hukum Islam. Di samping itu tidak diterapkannya hukum Islam dalam seluruh aspek kehidupan membuat kehidupan masyarakat menjadi rusak dan menyebabkan penderitaan. Pun kita wajib mengajak orang-orang non-Muslim untuk masuk Islam, tentunya tanpa paksaan. Wallahu a’lam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar