Senin, 02 September 2013

Wahai Para Pemuda

WAHAI PARA PEMUDA
http://khoirzahra.files.wordpress.com/2010/01/image10.png
1.Di era globalisasi ini pemuda harus berhati-hati, jangan sampai salah melangkahkan kaki, supaya tidak menyesal nanti.

2.Ajaran agama harus kita jadikan pegangan, jangan sampai satu hal ini kita lepaskan, jika kita ingin selamat di dunia yang penuh ujian.

3.Ingatlah Allah di setiap waktu, niscaya akan tenang hatimu.

4.Jangan terpengaruh budaya Barat yang merusak, sesungguhnya sebagai muslim melakukan hal itu tidaklah layak, kita punya Islam sebagai pedoman terbaik.

5.Pandai-pandailah dalam mencari teman bergaul, jangan sampai kita terjerumus dalam pergaulan bebas tanpa aturan.

6.Ingat pesan bunda: telor 2 kilo, garam 1 bungkus, minyak goreng ½ liter. Wah, nggak nyambung ya? Maaf, maaf. :)

7.Masa muda semestinya kita gunakan untuk berkarya, yang akan membuat banyak orang bangga. Allah pun bangga dan semakin mencintai kita.

8.Manfaatkan waktumu selagi masih muda, sesungguhnya masa muda hanya sekali saja, sebab setelah tua kita tak mungkin kembali muda.

9.Jangan terlena kehidupan dunia yang fana, di akhirat kita hidup selamanya. Sementara amal kita di dunia akan menjadi penentu masa depan kita di saana, karena itu mari kita perbanyak amal shleh agar kelak kita mendapat surga.

10.Jadilah pemuda idaman surga, yang memperjuangkan tegaknya agama-Nya.

11.Sekian, terima kasih. :)

Selasa, 20 Agustus 2013

TULISAN JOROK

Setiap pagi ibu, atau saya, harus membuang kotoran sapi dari kandangnya. Setiap 2-3 hari sekali Ibu juga menyapu lantai rumah kami yang warisan Belanda (dari dulu masih asli tanah). Dua minggu sekali saya juga harus membersihkan rumah-rumah anak buah Spiderman yang bergelantungan di atap rumah kami. Kotoran, sampah atau sarang laba-laba itu harus secara rutin dibersihkan karena jika tidak akan semakin menumpuk dan menimbulkan ketidaknyamanan.

Segala sesuatu memang harus selalu kita bersihkan secara rutin agar terhindar dari segala macam kotoran. Kita pun perlu mandi setiap hari untuk membersihkan tubuh kita dari kotoran, keringat atau debu yang menempel di tubuh kita. Kita juga harus membersihkan kotoran dalam tubuh kita dengan rutin keluar masuk WC. Jika tidak dibersihkan, akan menimbulkan ketidaknyamanan, bahkan penyakit.

Begitulah. Kita juga harus senantiasa membersihkan diri kita dari segala macam ‘kotoran’. Setiap saat, sadar atau tidak, diri kita selalu ternodai dengan perbuatan-perbuatan dosa.

Karenanya kita harus senantiasa membersihan diri dengan beristighfar memohon ampunan Allah swt. Bertobat dengan sebenar-benarnya dan berusaha untuk tidak kembali melakukan perbuatan dosa. Jika dibiarkan, lama-lama akan menumpuk dan menimbulkan ketidaknyamanan. Bahkan penyakit.

Allah SWT berfirman (yang artinya) :
“Orang-orang yang mengerjakan kejahatan, kemudian bertaubat sesudah itu dan beriman; sesungguhnya Tuhan kamu sesudah taubat yang disertai dengan iman itu adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-A’raf : 153)

Semoga kita termasuk hamba-Nya yang senantiasa mendapat ampunan-Nya. Amin.

Akhukum fillah,

mashari

Senin, 12 Agustus 2013

Belajar dari Atas Pundak

Tulisan saya kali ini sedikit menyinggung kisah hidup saya (tapi ini bukan curhat ya...). ^_^

Lahir dari keluarga petani membuat saya sangat akrab dengan dunia pertanian. Saya paham dengan sangat detail bagaimana pekerjaan seorang petani mulai dari macul dengan segala variansnya (dangir, ceket, gebyah, klaci, mopok, tamping dll), menggarap lahan, menanam sampai memanen. Saya menyaksikan pekerjaan petani dari kecil, bahkan saya terlibat aktif di dalamnya.

Bagi saya bertani adalah pekerjaan berat. Salah satu yang saya anggap paling berat – dan paling saya benci – adalah pekerjaan mikul. Anda tahu, mengangkat beban entah itu padi, jagung bahkan rumput untuk makanan ternak dengan menggunakan pikulan. Itu beratnya minta ampun.

Kurang lebih seperti ini rasanya: bayangkan saja Anda memikul padi yang sudah dipanen. Katakanlah beratnya 50 kg (bobot ini biasanya minimal, bisa lebih) dan harus Anda pikul di atas pundak Anda. Berat ini hampir seimbang dengan berat tubuh Anda karena para petani yang kurus kering itu berat tubuhnya juga tidak jauh-jauh dari 50 kiloan sangat jauh berbeda dengan nyonya besar yang kelebihan lemak.

Ditambah lagi dengan sensasi panas akibat gesekan kulit pundak yang hitam mengkilap dengan pikulan. Panas matahari yang membara semakin menambah penderitaan. Dan jika Anda beruntung, Anda akan melewati jalanan berlumpur sedalam lutut. Gimana gitu rasanya..... Sementara beban yang kita pikul tak menunjukkan rasa belas kasihan sedikitpun. Dia hanya diam saja dan terus minta diangkat.

Tulang terasa remuk, napas tersengal-sengal, keringat bercucuran, hati hancur (lho...apa hubungannya?). Berat.

Maka timbul satu pertanyaan: kenapa mereka tetap memikul beban itu sampai rumah? Kenapa tidak ditinggalkan saja dan berjalan tanpa beban.

Jawabannya jelas, karena jika ditinggalkan maka mereka akan pulang dengan tangan kosong. Tanpa hasil. Itulah alasan mengapa mengapa mereka tidak menyerah meski harus memikul beban yang sangat berat.

Berjalan tanpa memikul beban berarti pulang tanpa membawa hasil. Begitupun dengan hidup kita di dunia ini. Siapa saja yang hidup tidak mau menanggung beban maka hidupnya tidak memiliki arti sama sekali.

Jika ada orang yang hanya memikirkan hidupnya sendiri, yang penting sukses, mapan, keluarga bahagia dan sejahtera dan tidak tergerak untuk ikut berjuang menegakkan agama Allah, maka kehadirannya di dunia ini tidak berguna sama sekali di sisi Allah.

So, kalau hidup kita ini tidak kita gunakan untuk berdakwah memperjuangkan agama Allah, dan memikul beban yang berat di dalamnya, lalu apa yang kita hasilkan di dunia ini? Untuk apa kita hidup? Materi, Allah tidak membutuhkan itu. Maka kita akan ‘pulang’ dengan tangan kosong jika kita meninggalkan beban dakwah ini.

Dari atas pundak kita belajar tentang arti kehidupan. Bahwa hidup ini harus kita gunakan untuk memikul beban yang Allah berikan kepada kita, untuk berjuang menegakkan syariat-Nya dan meninggikan kalimat tauhid di atas muka bumi.

Semoga setiap peluh keringat kita akan diganti oleh Allah dengan kenikmatan Jannah-Nya.

Wassalam...
Akhukum fillah,

mashari

Selasa, 06 Agustus 2013

Kembali Fitri (tapi) Kembali Ternodai

1.Badrul memang keterlaluan. Dia tidak mencuci pakaiannya selama sebelas bulan.

2.Tapi karena terbiasa, Badrul tetap merasa nyaman dengan pakaian itu, betapa pun pakaian itu kumal dan bau.

3.Orang-orang menyebutnya jorok, teman kambing, manusia gua. Dia tak peduli. Katanya enjoy jadi diri sendiri

4.Tapi bulan ini ada yang berbeda. Tiba-tiba saja dia mencuci pakaiannya. Ketika ditanya, dia menjawab, “Ini adalah bulan istimewa.”

5.Sebulan ini dia mencuci pakaiannya. 30 hari berturut-turut tanpa jeda. Kini pakaian itu benar-benar bersih. Tak sedikitpun kotoran menempel. Pakaian itu benar-benar seperti baru, harum pula baunya.

6.Tapi, sebulan telah berlalu dan berganti bulan baru. Badrul mengambil pakaiannya yang bersih lalu memasukkannya ke dalam selokan...

7.What happen???

8.Apa yang ada di pikiran Anda? Konyol? Absurd? Gila? Bagaimana mungkin orang yang sudah susah payah selama sebulan penuh membersihkan pakaiannya, lalu dalam hitungan beberapa menit saja sudah membuat pekerjaannya sia-sia?

9.Masalahnya, bagaimana jika secara sadar atau tidak, hal itu terjadi pada kita?

10.Bayangkan saja, sebelas bulan kita menjalani aktivitas. Secara sadar atau tidak kita melakukan banyak kemaksiatan yang semakin lama semakin menggunung, hingga tak terhitung lagi besarnya.

11.Lalu selama sebulan penuh kita bersihkan dosa-dosa itu dengan shaum Ramadhan. Dan puncaknya ketika Idul Fitri, Allah SWT membersihkan dosa-dosa kita sebagaimana bayi keluar dari kandungan.

12.Tapi dengan entengnya, kita kembali mengotori jiwa dengan dosa-dosa.

13.Saat Ramadhan berakhir, kita pun kembali banyak bermaksiat. Kita banyak meninggalkan sholat, sering mengumbar aurat dan menuruti nafsu syahwat, Al-Qur’an ditutup rapat-rapat, sedekah jadi urusan keseratus empat (jauuh amat.....?)

14.Saudaraku, kita harus pandai-pandai menjaga keimanan dan ketakwaan. Supaya Ramadhan yang kita lewati tak sekedar tinggal kenangan, tapi menjadi sebuah momentum perubahan.

15.Hendaknya kita selalu meningkatkan kualitas dan kuantitas ibadah, yang wajib maupun yang sunnah, dan menjauhi perkara syubhat, apalagi yang jelas-jelas diharamkan Allah.

16.Kalau kita mengira bisa senantiasa membentengi diri (dari berbuat dosa) seorang diri, itu sangat konyol. Ibarat kita mengira sehelai benang sanggup digunakan untuk menarik kapal. Maka penting untuk selalu bergaul dengan orang-orang sholeh, serta berjuang bersama mereka untuk menegakkan agama Allah.

17.Selama Ramadhan Allah SWT memerintahkan kita berpuasa agar kita menjadi orang yang bertakwa. Sedangkan takwa diartikan menjalankan semua perintah Allah dan menjauhi segal larangan-Nya. Sementara saat ini, banyak hukum Allah yang dicampakkan. Kita malah menerapkan hukum-hukum yang berasal dari selain Islam untuk mengatur kehidupan. Akibatnya kita tak bisa meraih takwa dengan sempurna.

18.Maka seharusnya kita menjadikan memontum Ramadhan – dan tentu selepas Ramadhan nanti – untuk terus berjuang menegakkan hukum Allah di muka bumi. Saatnya kita berjuang untuk menerapkan Syariah secara kaffah dalam naungan Khilafah ‘ala minhajin nubuwwah.


SELAMAT HARI RAYA IDUL FITRI 1434 H
Minal a’idin wal fa’izin
Mohon Maaf Lahir & Batin




Wassalam,
mashari

Selasa, 09 Juli 2013

Hukum Puasa Bagi Wanita Yang Hamil, Menyusui, Dan Melahirkan

Hukum Puasa Bagi Wanita Yang Hamil, Menyusui, Dan Melahirkan


Tanya :
Ustadz, bagaimana hukum puasa Ramadhan bagi perempuan yang sedang hamil, menyusui, atau melahirkan?

NN, Jakarta

Jawab :
Perempuan yang melahirkan dan darah nifasnya masih mengalir, tak boleh berpuasa Ramadhan, karena di antara syarat sah puasa adalah suci dari nifas. Jika darah nifas sudah berhenti mengalir, dan masih dalam bulan Ramadhan, dia wajib kembali berpuasa Ramadhan. Jika berhentinya darah nifas sebelum waktu Subuh lalu dia baru mandi setelah masuknya waktu Subuh, puasanya sah. Inilah pendapat jumhur ulama, kecuali pendapat sebagian ulama seperti Imam Auza’i, juga salah satu dari dua pendapat dalam madzhab Maliki, yang mensyaratkan mandi sebelum masuk waktu Subuh. Namun yang rajih (kuat) pendapat jumhur ulama. (Wahbah Zuhaili, Al Fiqh Al Islami wa Adillatuhu, 2/616; Mahmud Uwaidhah, Al Jami’ li Ahkam As Shiyam, hlm. 45).
Perempuan yang tak puasa Ramadhan karena nifas, wajib mengganti dengan mengqadha`, bukan dengan membayar fidyah. Tak ada perbedaan pendapat ulama dalam masalah ini. Imam Ibnu Qudamah berkata, ”Telah sepakat ulama bahwa perempuan yang haid dan nifas tidak halal berpuasa Ramadhan…namun mereka wajib mengqadha` puasa yang ditinggalkannya.” (Ibnu Qudamah, Al Mughni, 5/30).
Dalilnya hadits dari ‘Aisyah ra yang berkata, ”Dahulu kami mengalaminya [haid], maka kami diperintah untuk mengqadha` puasa tapi tak diperintah untuk mengqadha` shalat.” (HR Muslim No 763). Hadits ini menunjukkan perempuan yang haid wajib mengqadha` puasanya, demikian pula perempuan yang nifas, karena nifas semakna dengan haid berdasarkan ijma’ ulama. (Ibnu Qudamah, Al Mughni, 5/30; Muhammad Abdurrahman Dimasyqi, Rahmatul Ummah fi Ikhtilaf Al A`immah, hlm. 66; Yusuf Qaradhawi, Fiqh As Shiyam, hlm. 39; Ali Raghib, Ahkam As Shalah, hlm. 119).
Adapun perempuan hamil dan menyusui, tak ada khilafiyah di antara ulama keduanya boleh tak berpuasa Ramadhan. Sabda Nabi SAW, ”Sesungguhnya Allah SWT telah menanggalkan bagi musafir setengah [kewajiban] shalatnya dan juga [kewajiban] puasanya, dan bagi perempuan hamil dan menyusui, [kewajiban] puasanya.” (HR Ibnu Majah, Nasa`i, Tirmidzi). (Mahmud Uwaidhah, Al Jami’ li Ahkam As Shiyam, hlm. 53).
Namun ulama berbeda pendapat mengenai syarat perempuan hamil dan menyusui boleh tak berpuasa Ramadhan. Apakah disyaratkan mereka khawatir akan dirinya, janinnya, dan bayi yang disusuinya; ataukah hanya karena hamil dan menyusui? Sebagian ulama berpendapat, jika perempuan yang hamil dan menyusui khawatir akan dirinya, atau anaknya (janin/bayi yang disusui), dia boleh tak berpuasa. Ini pendapat rajih dalam madzhab Syafi’i dan pendapat Imam Ahmad. Namun sebagian ulama berpendapat, perempuan yang hamil dan menyusui secara mutlak boleh tak berpuasa, baik ada kekhawatiran atau tidak, baik khawatir akan dirinya atau anaknya. Ini pendapat Syeikh Ali Raghib. (Muhammad Abdurrahman Dimasyqi, Rahmatul Ummah fi Ikhtilaf Al A`immah, hlm.66; Ali Raghib, Ahkam As Shalah, hlm. 121).
Yang rajih menurut kami pendapat bahwa jika perempuan hamil khawatir akan dirinya, dan perempuan menyusui khawatir akan bayi yang disusuinya, boleh mereka tak berpuasa. Jika kekhawatiran itu tak ada, tidak boleh tak berpuasa. Dalilnya dari Anas bin Malik ra bahwa Nabi SAW memberi rukhsah kepada perempuan hamil yang khawatir akan dirinya dan perempuan menyusui yang khawatir akan anaknya untuk tak berpuasa. (HR Ibnu Majah no 1668; Mahmud Uwaidhah,Al Jami’ li Ahkam As Shiyam, hlm. 53).
Apakah perempuan hamil dan menyusui wajib mengqadha` puasanya? Sebagian ulama, seperti Ibnu Abbas dan Ibnu Umar, membolehkan mengganti puasa dengan fidyah, tidak mewajibkan qadha`. Namun yang rajih adalah pendapat mayoritas ulama yang mewajibkan qadha`. Sebab pendapat Ibnu Abbas itu diragukan, mengingat dalam Mushannaf Abdur Razaq (no 7564) Ibnu Abbas justru berpendapat sebaliknya, yaitu wajib mengqadha` dan tak boleh membayar fidyah. Wallahu a’lam. (Ustadz Shiddiq al Jawi)

Senin, 08 Juli 2013

Dakwah adalah Cinta...

Dakwah adalah Cinta

Pernahkah kita merenungi, ketika Ibu kita, atau ayah kita, kakak, paman/bibi, kakek/nenek kita marah kepada kita ketika kita berbuat salah. Apakah mereka marah karena membenci kita?
Friends, orang-orang di atas marah bukan karena mereka membenci kita. Tapi sebaliknya, mereka marah justru karena mereka menyayangi kita. Mereka mencintai kita. Itulah cinta sejati kepada sesama.
“Cinta bukan berarti memberikan segala yang disenangi orang yang kita cintai. Tapi cinta adalah memberikan segalanya untuk kebaikan orang yang kita cintai, meskipun dia membencinya”. Setuju?
Yups, orangtua kita tidak mungkin akan membiarkan kita kalau kita berbuat salah. Tidak mungkin – kecuali orang tua yang gila atau mereka sudah tidak mencintai anaknya lagi – akan mengatakan kepada anaknya yang mencuri mangga miliki tetangga, “Wah hebat sekali kamu, Nak. Kamu mencuri di mana tadi? Besok ambil lebih banyak ya?”. Tentu tidak, sebab bila itu terjadi maka kita akan menjadi orang yang tidak pernah memiliki perasaan bersalah dan pada ujungnya kita akan melakukan tindakan sesuka hati. Kita akan menjadi liar!
Dakwah adalah cinta. Berarti ketika kita berdakwah mengajak manusia kepada Islam, melakukan amar ma’ruf nahi munkar itu adalah karena kita cinta, sayang dan peduli kepada sesama manusia. Dengan berdakwah kita menghendaki manusia untuk menjadi baik, yaitu selalu terikat dengan aturan-aturan Sang Pencipta.
Ideologi kapitalisme yang rusak – yang dianut hampir semua negara – telah menjerumuskan manusia ke dalam kemelut masalah yang sepertinya tidak pernah ada penyelesaiannya. Kemiskinan yang membuat orang kesulitan mengakses pendidikan sehingga menyebabkan merajalelanya kebodohan, kebodohan yang mengakibatkan rendahnya SDM sehingga menurunkan produktivitas, menurunnya produktivitas menyebabkan minimnya penghasilan, minimnya penghasilan sudah pasti menyebabkan kemiskinan dan seterusnya, terus berputar seperti lingkaran setan.
Sistem ini juga menyebabkan menjamurnya praktek korupsi dan suap. Tengoklah di TV-TV. Para pejabat yang terjerat kasus korupsi hampir setiap hari kita temukan, seolah menjadi menu tambahan setelah “4 Sehat 5 Sempurna” (enaknya jadi apa ya? Mungkin “4 Sehat 5 Sempurna 6 Luar Biasa”. Ada yang setuju? Ada ide lebih baik? Hehe...). Lihat pula bagaimana menjamurnya praktek suap. Suap hakim/pejabat, suap untuk mendapat pekerjaan, suap untuk “melincinkan” urusan, suap sana suap sini. Musim pemilu adalah pemandangan paling mengerikan!
Para pemuda juga tidak luput dari wabah yang dibawa ideologi ini, bahkan menjadi sasaran utama. Budaya F4 (Fun, Food, Fashion, Fight) dan 3S (Sex, Song, Sport) benar-benar sukses merusak generasi muda. Narkoba, pergaulan bebas dan lain-lain telah menjadi pemandangan sehari-hari dewasa ini. Menu ke-7.
Mungkin pas jika dikatakan zaman sekarang adalah zaman ‘jahiliyah modern’. Bagaimana tidak? Jika di zaman jahiliyah – sebelum datang Islam – banyak terjadi perang antar suku, sekarang banyak orang, apalagi pemuda mati sia-sia karena tawuran, bentrok antarsupporter bola dan lain-lain. Dulu minuman keras (khamr) dan prostitusi banyak ditemukan di tengah-tengah masyarakat. Sama. Malah sekarang mendapat perlindungan undang-undang. Dulu orang jahiliyah mengubur bayi perempuan hidup-hidup karena dianggap aib. Sekarang, bahkan belum tahu si jabang bayi laki-laki atau perempuan sudah dibunuh (diaborsi). Dulu praktek riba menjamur di tengah-tengah kehidupan, sekarang bahkan riba menjadi tulang punggung ekonomi negara!
Dan masih banyak lagi budaya jahiliyah yang menjadi makanan kita sehari-hari. Wis toh, wareg-wareg!!
Friends, begitu hancurnya tata kehidupan dalam sistem kapitalis sampai seolah-olah manusia akan binasa olehnya. Namun, di tengah-tengah hiruk-pikuk itu, umat mulai menemukan secercah cahaya. Cahaya itu yang akan menyelamatkan manusia dan mengembalikan kehidupan yang mulia. Cahaya itu adalah Islam. Islam adalah agama yang sempurna, yang mengatur segala aspek kehidupan dan yang akan mampu menyelamatkan manusia dari kerusakan yang ditimbulkan oleh ideologi kapitalisme.
Islam adalah agama rahmatan lil ‘alamin. Allah swt berfirman:
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِّلْعَالَمِينَ
Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.(QS. Al-Anbiyaa’ : 107)
Hanya dengan menerapkan aturan Islam secara kaffah dan meninggalkan kapitalisme, umat bisa meraih kemuliaan seperti yang pernah terjadi di masa lalu ketika kehidupan diatur dengan menggunakan hukum Islam. Masyarakat hidup sejahtera di bawah naungan Khilafah Islam dan mampu menorehkan prestasi gemilang.
Friends, jika kita benar-benar mencintai dan peduli pada keluarga kita, kerabat, sesama muslim dan manusia secara keseluruhan tentu kita menghendaki kebaikan untuk mereka MESKIPUN MEREKA MEMBENCINYA.
Bisa jadi – dan ini sudah banyak terjadi – ketika kita mendakwahi mereka, mereka justru tidak menyukai kita. Mereka akan menganggap kita sok suci, suka ikut campur urusan orang lain dan sebagainya. Bahkan mereka akan menganggap kita aliran keras hanya karena kita menyerukan penerapan Islam secara kaffah (menyeluruh) dalam seluruh aspek kehidupan.

So, kita harus bersabar dan tak boleh mudah menyerah. Jangan patah semangat karena “cinta” kita ditolak. Jika kita bersabar, insya Allah suatu saat mereka akan menyadari ketulusan cinta kita dan menerima kita. Pada akhirnya mereka akan mau hidup dalam tatanan syariat Islam yang memuliakan manusia dan mencampakkan sistem kapitalisme yang menyengsarakan.

Selasa, 02 Juli 2013

MENGAPA HARUS BERDAKWAH? (2)

MENGAPA HARUS BERDAKWAH? (2)


Sebelumnya kita telah membahas alasan pertama mengapa kita harus berdakwah. Karena Islam agama dakwah dan kalimat laa ilaha illallah muhammadan rasulullah adalah inti ajaran Islam dan sekaligus pendorong utama kegiatan dakwah.
Friends, alasan selanjutnya mengapa kita harus berdakwah adalah karena kita mengikuti teladan kita baginda Nabi Muhammad saw. Kita tahu bahwa dakwah adalah misi utama kenabian beliau saw. Sepanjang Nabi Muhammad diutus sebagai nabi dan rasul maka kehidupan beliau tidak pernah lepas dari aktivitas dakwah menyampaikan risalah Islam kepada bangsa Arab dan juga seluruh umat manusia.
Allah SWT berfirman:
إِنَّا أَرْسَلْنَاكَ بِالْحَقِّ بَشِيراً وَنَذِيراً وَإِن مِّنْ أُمَّةٍ إِلَّا خلَا فِيهَا نَذِيرٌ
Sesungguhnya Kami mengutus kamu dengan membawa kebenaran sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan. Dan tidak ada suatu umatpun melainkan telah ada padanya seorang pemberi peringatan. (QS. Fathir: 24)
Kalau kita mempelajari sejarah kehidupan Rasul saw – semenjak diutus sebagai nabi dan rasul hingga beliau wafat – maka akan terpampang nyata (bahasanya Syahroni) bahwa kehidupan Nabi saw adalah kehidupan dakwah.
Pertama, sejak beliau diangkat menjadi nabi dan rasul, sepulang dari gua Hira’ setelah pertemuan beliau dengan malaikat Jibril, Nabi saw langsung mengajak istri beliau tercinta Khadijah ra. untuk beriman kepada Allah dan beriman bahwa Beliau saw adalah utusan Allah. Khadijah pun beriman dan menjadi pendukung utama dakwah Nabi Muhammad saw.
Lalu Rasul saw mengajak Ali bin Abi Thalib, Abu Bakar dan Zaid bin Haritsah. Mereka pun beriman. Rasulullah terus mengajak masyarakat untuk memeluk agama Islam dan meninggalkan kehidupan jahiliyah yang rusak. Sebagian masyarakat menerima dakwah Nabi dan masuk Islam, sementara sebagian lagi ada yang menolak bahkan memusuhi dakwah Nabi.
Friends, kita musti salut kepada teladan kita Nabi Muhammad saw. Kenapa? Karena beliau sangat gigih dalam berdakwah dan tidak kenal menyerah meskipun banyak yang menentang beliau. Beliau seringkali diejek, dihina, difitnah, dicaci-maki bahkan dianiaya, dilempari kotoran dan berbagai perlakuan buruk tapi beliau tetap teguh memperjuangkan agama Allah. Beliau juga tidak tertarik dengan tawaran kaum kafir Quraisy, bahwa mereka akan memberikan harta yang berlimpah, kedudukan tinggi dan akan dicarikan wanita tercantik untuk dinikahkan dengan beliau asalkan beliau meninggalkan dakwah. Friends, tahukah kalian apa jawaban Nabi saw ketika mendapat tawaran seperti itu? Ini jawaban beliau:
“Demi Allah, seandainya mereka meletakkan matahari di tangan kananku dan bulan di tangan kiriku agar aku meninggalkan persoalan ini (Islam) hingga Allah memenangkan perkara ini atau aku mati karenanya, niscaya aku tidak akan meninggalkan persoalan ini”.
Kedua. Setelah pada awalnya dakwah dilakukan secara sembunyi-sembunyi, pada tahapan selanjutnya dakwah pun dilakukan secara terang-terangan, tanpa tedeng aling-aling! Ketika Rasul melakukan dakwah secara terbuka maka permusuhan kafir Quraisy semakin besar. Mereka semakin “gerah” dengan dakwah Nabi saw. Mereka semakin brutal.
Para sahabat Nabi mulai mendapat penganiayaan. Ada yang dijemur di padang pasir yang panas membara dan di atasnya ditindih batu besar. Ada juga yang disiksa hingga menjadi syuhada’. Mereka dipaksa agar keluar dari Islam, tetapi keteguhan iman mereka telah mengalahkan pedihnya siksaan. Rasulullah sendiri mengalami pemboikotan (embargo) selama tiga tahun sehingga beliau sangat menderita. Sekali lagi kita harus salut pada perjuangan Rasulullah dan para sahabat beliau.
Dan masih banyak kesulitan yang dihadapi Rasulullah dan para sahabat. dalam rangka mendakwahkan risalah Islam ke tengah-tengah masyarakat. Berapa banyak? Banyak sekali! Makanya tidak mungkin disebutkan satu-persatu dalam tulisan ini. Untuk lebih lengkapnya silahkan baca sendiri di kitab-kitab siroh Nabi. Di sini singkat saja, dan kita langsung masuk ke tahap ketiga.
Ketiga, Rasulullah beralih dari dakwah di Makkah menuju Madinah. Di sini Rasulullah saw bukan hanya menjadi seorang da’i yang menyeru manusia ke jalan Allah, tapi di Madinah Rasul juga berperan sebagai seorang kepala negara. Di Madinah dakwah Rasul diterima dan masyarakat mayoritas memeluk Islam. Hukum yang diterapkan juga hukum Islam. Wah, sudah enak dong. Sudah nggak dimusuhi lagi?
Seandainya Rasulullah berhenti sampai Madinah, di sini masyarakat menerima Rasulullah dan bersedia melindungi beliau, mungkin sudah enak. Mungkin. Tapi bukanlah seorang Rasul jika beliau saw berhenti berdakwah menyampaikan risalah Islam. Dakwah terus berlanjut.
Rasulullah saw mengajak seluruh bangsa Arab dan memerangi mereka hingga masuk Islam. Tidak hanya itu, Rasulullah juga mengajak raja-raja Mesir, Persia sampai Romawi untuk memeluk agama Islam dan mengancam mereka dengan siksaan neraka. Ini bukan main-main, Friends. Umat Islam pada waktu itu masih sangat sedikit dan sudah berani menghadapi negara-negara adidaya semacam Romawi dan Persia. Coba kalau sekarang, umat Islam sedemikian besar tapi tidak berkutik melawan musuh-musuh Islam yang sering menghina Islam. Kok bisa ya? Ada di pembahasan lain. Insya Allah.
Demikianlah, kehidupan Rasulullah saw tidak pernah lepas dari aktivitas dakwah. So, kita sebagai umat Islam wajib mengikuti beliau.
Rasulullah saw bersabda: “Sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat”. Ini salah satu perintah untuk berdakwah, selain banyak sekali ayat-ayat Al-Qur’an dan hadits Nabi yang memerintahkan hal yang sama.

Friends, dakwah di masa sekarang – dimana masyarakat telah jauh dari ajaran Islam dan tidak lagi menerapkan hukum Islam – adalah mengajak masyarakat untuk kembali menerapkan syariat Islam dalam seluruh aspek kehidupan. Syariat Islam wajib dilaksanakan secara kaffah (keseluruhan) sehingga kita berdosa jika tidak menerapkan hukum Islam. Di samping itu tidak diterapkannya hukum Islam dalam seluruh aspek kehidupan membuat kehidupan masyarakat menjadi rusak dan menyebabkan penderitaan. Pun kita wajib mengajak orang-orang non-Muslim untuk masuk Islam, tentunya tanpa paksaan. Wallahu a’lam.