WAHAI PARA PEMUDA
1.Di era globalisasi ini pemuda harus berhati-hati, jangan sampai salah melangkahkan kaki, supaya tidak menyesal nanti.
2.Ajaran agama harus kita jadikan pegangan, jangan sampai satu hal ini kita lepaskan, jika kita ingin selamat di dunia yang penuh ujian.
3.Ingatlah Allah di setiap waktu, niscaya akan tenang hatimu.
4.Jangan terpengaruh budaya Barat yang merusak, sesungguhnya sebagai muslim melakukan hal itu tidaklah layak, kita punya Islam sebagai pedoman terbaik.
5.Pandai-pandailah dalam mencari teman bergaul, jangan sampai kita terjerumus dalam pergaulan bebas tanpa aturan.
6.Ingat pesan bunda: telor 2 kilo, garam 1 bungkus, minyak goreng ½ liter. Wah, nggak nyambung ya? Maaf, maaf. :)
7.Masa muda semestinya kita gunakan untuk berkarya, yang akan membuat banyak orang bangga. Allah pun bangga dan semakin mencintai kita.
8.Manfaatkan waktumu selagi masih muda, sesungguhnya masa muda hanya sekali saja, sebab setelah tua kita tak mungkin kembali muda.
9.Jangan terlena kehidupan dunia yang fana, di akhirat kita hidup selamanya. Sementara amal kita di dunia akan menjadi penentu masa depan kita di saana, karena itu mari kita perbanyak amal shleh agar kelak kita mendapat surga.
10.Jadilah pemuda idaman surga, yang memperjuangkan tegaknya agama-Nya.
11.Sekian, terima kasih. :)
Remaja Islam Bangkitlah
Senin, 02 September 2013
Selasa, 20 Agustus 2013
TULISAN JOROK
Setiap pagi ibu, atau saya, harus membuang kotoran sapi dari kandangnya.
Setiap 2-3 hari sekali Ibu juga menyapu lantai rumah kami yang warisan Belanda
(dari dulu masih asli tanah). Dua minggu sekali saya juga harus membersihkan
rumah-rumah anak buah Spiderman yang bergelantungan di atap rumah kami.
Kotoran, sampah atau sarang laba-laba itu harus secara rutin dibersihkan karena
jika tidak akan semakin menumpuk dan menimbulkan ketidaknyamanan.
Segala sesuatu memang harus selalu kita bersihkan secara rutin agar
terhindar dari segala macam kotoran. Kita pun perlu mandi setiap hari untuk
membersihkan tubuh kita dari kotoran, keringat atau debu yang menempel di tubuh
kita. Kita juga harus membersihkan kotoran dalam tubuh kita dengan rutin keluar
masuk WC. Jika tidak dibersihkan, akan menimbulkan ketidaknyamanan, bahkan
penyakit.
Begitulah. Kita juga harus senantiasa membersihkan diri kita dari segala
macam ‘kotoran’. Setiap saat, sadar atau tidak, diri kita selalu ternodai
dengan perbuatan-perbuatan dosa.
Karenanya kita harus senantiasa membersihan diri dengan beristighfar memohon
ampunan Allah swt. Bertobat dengan sebenar-benarnya dan berusaha untuk tidak
kembali melakukan perbuatan dosa. Jika dibiarkan, lama-lama akan menumpuk dan
menimbulkan ketidaknyamanan. Bahkan penyakit.
Allah SWT berfirman (yang artinya) :
“Orang-orang yang mengerjakan kejahatan, kemudian
bertaubat sesudah itu dan beriman; sesungguhnya Tuhan kamu sesudah taubat yang
disertai dengan iman itu adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-A’raf : 153)
Semoga kita termasuk hamba-Nya yang senantiasa mendapat ampunan-Nya. Amin.
Akhukum fillah,
mashari
Senin, 12 Agustus 2013
Belajar dari Atas Pundak
Tulisan saya kali ini sedikit menyinggung kisah hidup saya (tapi ini bukan
curhat ya...). ^_^
Lahir dari keluarga petani membuat saya sangat akrab dengan
dunia pertanian. Saya paham dengan sangat detail bagaimana pekerjaan seorang
petani mulai dari macul dengan segala variansnya (dangir, ceket,
gebyah, klaci, mopok, tamping dll), menggarap lahan, menanam sampai
memanen. Saya menyaksikan pekerjaan petani dari kecil, bahkan saya terlibat
aktif di dalamnya.
Bagi saya bertani adalah pekerjaan berat. Salah satu yang saya anggap
paling berat – dan paling saya benci – adalah pekerjaan mikul. Anda
tahu, mengangkat beban entah itu padi, jagung bahkan rumput untuk makanan
ternak dengan menggunakan pikulan. Itu beratnya minta ampun.
Kurang lebih seperti ini rasanya: bayangkan saja Anda memikul padi yang
sudah dipanen. Katakanlah beratnya 50 kg (bobot ini biasanya minimal, bisa
lebih) dan harus Anda pikul di atas pundak Anda. Berat ini hampir seimbang
dengan berat tubuh Anda karena para petani yang kurus kering itu berat tubuhnya
juga tidak jauh-jauh dari 50 kiloan sangat jauh berbeda dengan nyonya besar
yang kelebihan lemak.
Ditambah lagi dengan sensasi panas akibat gesekan kulit pundak yang hitam
mengkilap dengan pikulan. Panas matahari yang membara semakin menambah
penderitaan. Dan jika Anda beruntung, Anda akan melewati jalanan berlumpur
sedalam lutut. Gimana gitu rasanya..... Sementara beban yang kita pikul tak
menunjukkan rasa belas kasihan sedikitpun. Dia hanya diam saja dan terus minta
diangkat.
Tulang terasa remuk, napas tersengal-sengal, keringat bercucuran, hati
hancur (lho...apa hubungannya?). Berat.
Maka timbul satu pertanyaan: kenapa mereka tetap memikul beban itu sampai
rumah? Kenapa tidak ditinggalkan saja dan berjalan tanpa beban.
Jawabannya jelas, karena jika ditinggalkan maka mereka akan pulang dengan
tangan kosong. Tanpa hasil. Itulah alasan mengapa mengapa mereka tidak menyerah
meski harus memikul beban yang sangat berat.
Berjalan tanpa memikul beban berarti pulang tanpa membawa hasil. Begitupun
dengan hidup kita di dunia ini. Siapa saja yang hidup tidak mau menanggung
beban maka hidupnya tidak memiliki arti sama sekali.
Jika ada orang yang hanya memikirkan hidupnya sendiri, yang penting sukses,
mapan, keluarga bahagia dan sejahtera dan tidak tergerak untuk ikut berjuang
menegakkan agama Allah, maka kehadirannya di dunia ini tidak berguna sama
sekali di sisi Allah.
So, kalau hidup kita ini tidak kita gunakan untuk berdakwah memperjuangkan
agama Allah, dan memikul beban yang berat di dalamnya, lalu apa yang kita
hasilkan di dunia ini? Untuk apa kita hidup? Materi, Allah tidak membutuhkan
itu. Maka kita akan ‘pulang’ dengan tangan kosong jika kita meninggalkan beban
dakwah ini.
Dari atas pundak kita belajar tentang arti kehidupan. Bahwa hidup ini harus
kita gunakan untuk memikul beban yang Allah berikan kepada kita, untuk berjuang
menegakkan syariat-Nya dan meninggikan kalimat tauhid di atas muka bumi.
Semoga setiap peluh keringat kita akan diganti oleh Allah dengan kenikmatan
Jannah-Nya.
Wassalam...
Akhukum fillah,
mashari
Selasa, 06 Agustus 2013
Kembali Fitri (tapi) Kembali Ternodai
1.Badrul memang
keterlaluan. Dia tidak mencuci pakaiannya selama sebelas bulan.
2.Tapi karena terbiasa, Badrul
tetap merasa nyaman dengan pakaian itu, betapa pun pakaian itu kumal dan bau.
3.Orang-orang
menyebutnya jorok, teman kambing, manusia gua. Dia tak peduli. Katanya enjoy
jadi diri sendiri
4.Tapi bulan ini ada
yang berbeda. Tiba-tiba saja dia mencuci pakaiannya. Ketika ditanya, dia
menjawab, “Ini adalah bulan istimewa.”
5.Sebulan ini dia mencuci
pakaiannya. 30 hari berturut-turut tanpa jeda. Kini pakaian itu benar-benar
bersih. Tak sedikitpun kotoran menempel. Pakaian itu benar-benar seperti baru, harum
pula baunya.
6.Tapi, sebulan telah
berlalu dan berganti bulan baru. Badrul mengambil pakaiannya yang bersih lalu
memasukkannya ke dalam selokan...
7.What happen???
8.Apa yang ada di
pikiran Anda? Konyol? Absurd? Gila? Bagaimana mungkin orang yang sudah susah
payah selama sebulan penuh membersihkan pakaiannya, lalu dalam hitungan
beberapa menit saja sudah membuat pekerjaannya sia-sia?
9.Masalahnya, bagaimana
jika secara sadar atau tidak, hal itu terjadi pada kita?
10.Bayangkan saja, sebelas
bulan kita menjalani aktivitas. Secara sadar atau tidak kita melakukan banyak
kemaksiatan yang semakin lama semakin menggunung, hingga tak terhitung lagi
besarnya.
11.Lalu selama sebulan
penuh kita bersihkan dosa-dosa itu dengan shaum Ramadhan. Dan puncaknya ketika
Idul Fitri, Allah SWT membersihkan dosa-dosa kita sebagaimana bayi keluar dari
kandungan.
12.Tapi dengan
entengnya, kita kembali mengotori jiwa dengan dosa-dosa.
13.Saat Ramadhan
berakhir, kita pun kembali banyak bermaksiat. Kita banyak meninggalkan sholat,
sering mengumbar aurat dan menuruti nafsu syahwat, Al-Qur’an ditutup rapat-rapat,
sedekah jadi urusan keseratus empat (jauuh amat.....?)
14.Saudaraku, kita harus
pandai-pandai menjaga keimanan dan ketakwaan. Supaya Ramadhan yang kita lewati
tak sekedar tinggal kenangan, tapi menjadi sebuah momentum perubahan.
15.Hendaknya kita selalu
meningkatkan kualitas dan kuantitas ibadah, yang wajib maupun yang sunnah, dan
menjauhi perkara syubhat, apalagi yang jelas-jelas diharamkan Allah.
16.Kalau kita mengira
bisa senantiasa membentengi diri (dari berbuat dosa) seorang diri, itu sangat
konyol. Ibarat kita mengira sehelai benang sanggup digunakan untuk menarik
kapal. Maka penting untuk selalu bergaul dengan orang-orang sholeh, serta
berjuang bersama mereka untuk menegakkan agama Allah.
17.Selama Ramadhan Allah
SWT memerintahkan kita berpuasa agar kita menjadi orang yang bertakwa.
Sedangkan takwa diartikan menjalankan semua perintah Allah dan menjauhi segal
larangan-Nya. Sementara saat ini, banyak hukum Allah yang dicampakkan. Kita malah
menerapkan hukum-hukum yang berasal dari selain Islam untuk mengatur kehidupan.
Akibatnya kita tak bisa meraih takwa dengan sempurna.
18.Maka seharusnya kita
menjadikan memontum Ramadhan – dan tentu selepas Ramadhan nanti – untuk terus
berjuang menegakkan hukum Allah di muka bumi. Saatnya kita berjuang untuk
menerapkan Syariah secara kaffah dalam naungan Khilafah ‘ala minhajin nubuwwah.
SELAMAT HARI RAYA IDUL FITRI 1434 H
Minal a’idin wal fa’izin
Mohon Maaf Lahir & Batin
Wassalam,
mashari
Selasa, 09 Juli 2013
Hukum Puasa Bagi Wanita Yang Hamil, Menyusui, Dan Melahirkan
Hukum Puasa Bagi Wanita Yang Hamil, Menyusui, Dan Melahirkan
Tanya :
Ustadz, bagaimana hukum puasa Ramadhan bagi perempuan yang sedang hamil, menyusui, atau melahirkan?
NN, Jakarta
Jawab :
Perempuan yang melahirkan dan darah nifasnya masih mengalir, tak boleh berpuasa Ramadhan, karena di antara syarat sah puasa adalah suci dari nifas. Jika darah nifas sudah berhenti mengalir, dan masih dalam bulan Ramadhan, dia wajib kembali berpuasa Ramadhan. Jika berhentinya darah nifas sebelum waktu Subuh lalu dia baru mandi setelah masuknya waktu Subuh, puasanya sah. Inilah pendapat jumhur ulama, kecuali pendapat sebagian ulama seperti Imam Auza’i, juga salah satu dari dua pendapat dalam madzhab Maliki, yang mensyaratkan mandi sebelum masuk waktu Subuh. Namun yang rajih (kuat) pendapat jumhur ulama. (Wahbah Zuhaili, Al Fiqh Al Islami wa Adillatuhu, 2/616; Mahmud Uwaidhah, Al Jami’ li Ahkam As Shiyam, hlm. 45).
Perempuan yang tak puasa Ramadhan karena nifas, wajib mengganti dengan mengqadha`, bukan dengan membayar fidyah. Tak ada perbedaan pendapat ulama dalam masalah ini. Imam Ibnu Qudamah berkata, ”Telah sepakat ulama bahwa perempuan yang haid dan nifas tidak halal berpuasa Ramadhan…namun mereka wajib mengqadha` puasa yang ditinggalkannya.” (Ibnu Qudamah, Al Mughni, 5/30).
Dalilnya hadits dari ‘Aisyah ra yang berkata, ”Dahulu kami mengalaminya [haid], maka kami diperintah untuk mengqadha` puasa tapi tak diperintah untuk mengqadha` shalat.” (HR Muslim No 763). Hadits ini menunjukkan perempuan yang haid wajib mengqadha` puasanya, demikian pula perempuan yang nifas, karena nifas semakna dengan haid berdasarkan ijma’ ulama. (Ibnu Qudamah, Al Mughni, 5/30; Muhammad Abdurrahman Dimasyqi, Rahmatul Ummah fi Ikhtilaf Al A`immah, hlm. 66; Yusuf Qaradhawi, Fiqh As Shiyam, hlm. 39; Ali Raghib, Ahkam As Shalah, hlm. 119).
Adapun perempuan hamil dan menyusui, tak ada khilafiyah di antara ulama keduanya boleh tak berpuasa Ramadhan. Sabda Nabi SAW, ”Sesungguhnya Allah SWT telah menanggalkan bagi musafir setengah [kewajiban] shalatnya dan juga [kewajiban] puasanya, dan bagi perempuan hamil dan menyusui, [kewajiban] puasanya.” (HR Ibnu Majah, Nasa`i, Tirmidzi). (Mahmud Uwaidhah, Al Jami’ li Ahkam As Shiyam, hlm. 53).
Namun ulama berbeda pendapat mengenai syarat perempuan hamil dan menyusui boleh tak berpuasa Ramadhan. Apakah disyaratkan mereka khawatir akan dirinya, janinnya, dan bayi yang disusuinya; ataukah hanya karena hamil dan menyusui? Sebagian ulama berpendapat, jika perempuan yang hamil dan menyusui khawatir akan dirinya, atau anaknya (janin/bayi yang disusui), dia boleh tak berpuasa. Ini pendapat rajih dalam madzhab Syafi’i dan pendapat Imam Ahmad. Namun sebagian ulama berpendapat, perempuan yang hamil dan menyusui secara mutlak boleh tak berpuasa, baik ada kekhawatiran atau tidak, baik khawatir akan dirinya atau anaknya. Ini pendapat Syeikh Ali Raghib. (Muhammad Abdurrahman Dimasyqi, Rahmatul Ummah fi Ikhtilaf Al A`immah, hlm.66; Ali Raghib, Ahkam As Shalah, hlm. 121).
Yang rajih menurut kami pendapat bahwa jika perempuan hamil khawatir akan dirinya, dan perempuan menyusui khawatir akan bayi yang disusuinya, boleh mereka tak berpuasa. Jika kekhawatiran itu tak ada, tidak boleh tak berpuasa. Dalilnya dari Anas bin Malik ra bahwa Nabi SAW memberi rukhsah kepada perempuan hamil yang khawatir akan dirinya dan perempuan menyusui yang khawatir akan anaknya untuk tak berpuasa. (HR Ibnu Majah no 1668; Mahmud Uwaidhah,Al Jami’ li Ahkam As Shiyam, hlm. 53).
Apakah perempuan hamil dan menyusui wajib mengqadha` puasanya? Sebagian ulama, seperti Ibnu Abbas dan Ibnu Umar, membolehkan mengganti puasa dengan fidyah, tidak mewajibkan qadha`. Namun yang rajih adalah pendapat mayoritas ulama yang mewajibkan qadha`. Sebab pendapat Ibnu Abbas itu diragukan, mengingat dalam Mushannaf Abdur Razaq (no 7564) Ibnu Abbas justru berpendapat sebaliknya, yaitu wajib mengqadha` dan tak boleh membayar fidyah. Wallahu a’lam. (Ustadz Shiddiq al Jawi)
Senin, 08 Juli 2013
Dakwah adalah Cinta...
Dakwah adalah Cinta
Pernahkah
kita merenungi, ketika Ibu kita, atau ayah kita, kakak, paman/bibi, kakek/nenek
kita marah kepada kita ketika kita berbuat salah. Apakah mereka marah karena
membenci kita?
Friends,
orang-orang di atas marah bukan karena mereka membenci kita. Tapi sebaliknya,
mereka marah justru karena mereka menyayangi kita. Mereka mencintai kita.
Itulah cinta sejati kepada sesama.
“Cinta
bukan berarti memberikan segala yang disenangi orang yang kita cintai. Tapi
cinta adalah memberikan segalanya untuk kebaikan orang yang kita cintai,
meskipun dia membencinya”. Setuju?
Yups,
orangtua kita tidak mungkin akan membiarkan kita kalau kita berbuat salah. Tidak
mungkin – kecuali orang tua yang gila atau mereka sudah tidak mencintai anaknya
lagi – akan mengatakan kepada anaknya yang mencuri mangga miliki tetangga, “Wah
hebat sekali kamu, Nak. Kamu mencuri di mana tadi? Besok ambil lebih banyak
ya?”. Tentu tidak, sebab bila itu terjadi maka kita akan menjadi orang yang
tidak pernah memiliki perasaan bersalah dan pada ujungnya kita akan melakukan
tindakan sesuka hati. Kita akan menjadi liar!
Dakwah
adalah cinta. Berarti ketika kita berdakwah mengajak manusia kepada Islam,
melakukan amar ma’ruf nahi munkar itu adalah karena kita cinta, sayang dan
peduli kepada sesama manusia. Dengan berdakwah kita menghendaki manusia untuk
menjadi baik, yaitu selalu terikat dengan aturan-aturan Sang Pencipta.
Ideologi
kapitalisme yang rusak – yang dianut hampir semua negara – telah menjerumuskan
manusia ke dalam kemelut masalah yang sepertinya tidak pernah ada
penyelesaiannya. Kemiskinan yang membuat orang kesulitan mengakses pendidikan
sehingga menyebabkan merajalelanya kebodohan, kebodohan yang mengakibatkan
rendahnya SDM sehingga menurunkan produktivitas, menurunnya produktivitas
menyebabkan minimnya penghasilan, minimnya penghasilan sudah pasti menyebabkan
kemiskinan dan seterusnya, terus berputar seperti lingkaran setan.
Sistem
ini juga menyebabkan menjamurnya praktek korupsi dan suap. Tengoklah di TV-TV.
Para pejabat yang terjerat kasus korupsi hampir setiap hari kita temukan,
seolah menjadi menu tambahan setelah “4 Sehat 5 Sempurna” (enaknya jadi apa ya?
Mungkin “4 Sehat 5 Sempurna 6 Luar Biasa”. Ada yang setuju? Ada ide lebih baik?
Hehe...). Lihat pula bagaimana menjamurnya praktek suap. Suap hakim/pejabat,
suap untuk mendapat pekerjaan, suap untuk “melincinkan” urusan, suap sana suap
sini. Musim pemilu adalah pemandangan paling mengerikan!
Para
pemuda juga tidak luput dari wabah yang dibawa ideologi ini, bahkan menjadi
sasaran utama. Budaya F4 (Fun, Food, Fashion, Fight) dan 3S (Sex, Song, Sport)
benar-benar sukses merusak generasi muda. Narkoba, pergaulan bebas dan
lain-lain telah menjadi pemandangan sehari-hari dewasa ini. Menu ke-7.
Mungkin
pas jika dikatakan zaman sekarang adalah zaman ‘jahiliyah modern’. Bagaimana
tidak? Jika di zaman jahiliyah – sebelum datang Islam – banyak terjadi perang
antar suku, sekarang banyak orang, apalagi pemuda mati sia-sia karena tawuran,
bentrok antarsupporter bola dan lain-lain. Dulu minuman keras (khamr)
dan prostitusi banyak ditemukan di tengah-tengah masyarakat. Sama. Malah
sekarang mendapat perlindungan undang-undang. Dulu orang jahiliyah mengubur
bayi perempuan hidup-hidup karena dianggap aib. Sekarang, bahkan belum tahu si
jabang bayi laki-laki atau perempuan sudah dibunuh (diaborsi). Dulu praktek
riba menjamur di tengah-tengah kehidupan, sekarang bahkan riba menjadi tulang
punggung ekonomi negara!
Dan
masih banyak lagi budaya jahiliyah yang menjadi makanan kita sehari-hari. Wis
toh, wareg-wareg!!
Friends,
begitu hancurnya tata kehidupan dalam sistem kapitalis sampai seolah-olah
manusia akan binasa olehnya. Namun, di tengah-tengah hiruk-pikuk itu, umat
mulai menemukan secercah cahaya. Cahaya itu yang akan menyelamatkan manusia dan
mengembalikan kehidupan yang mulia. Cahaya itu adalah Islam. Islam adalah agama
yang sempurna, yang mengatur segala aspek kehidupan dan yang akan mampu
menyelamatkan manusia dari kerusakan yang ditimbulkan oleh ideologi
kapitalisme.
Islam
adalah agama rahmatan lil ‘alamin. Allah swt berfirman:
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِّلْعَالَمِينَ
Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk
(menjadi) rahmat bagi semesta alam.(QS. Al-Anbiyaa’ : 107)
Hanya
dengan menerapkan aturan Islam secara kaffah dan meninggalkan kapitalisme, umat
bisa meraih kemuliaan seperti yang pernah terjadi di masa lalu ketika kehidupan
diatur dengan menggunakan hukum Islam. Masyarakat hidup sejahtera di bawah
naungan Khilafah Islam dan mampu menorehkan prestasi gemilang.
Friends,
jika kita benar-benar mencintai dan peduli pada keluarga kita, kerabat, sesama
muslim dan manusia secara keseluruhan tentu kita menghendaki kebaikan untuk
mereka MESKIPUN MEREKA MEMBENCINYA.
Bisa
jadi – dan ini sudah banyak terjadi – ketika kita mendakwahi mereka, mereka
justru tidak menyukai kita. Mereka akan menganggap kita sok suci, suka ikut
campur urusan orang lain dan sebagainya. Bahkan mereka akan menganggap kita
aliran keras hanya karena kita menyerukan penerapan Islam secara kaffah (menyeluruh)
dalam seluruh aspek kehidupan.
So,
kita harus bersabar dan tak boleh mudah menyerah. Jangan patah semangat karena
“cinta” kita ditolak. Jika kita bersabar, insya Allah suatu saat mereka akan
menyadari ketulusan cinta kita dan menerima kita. Pada akhirnya mereka akan mau
hidup dalam tatanan syariat Islam yang memuliakan manusia dan mencampakkan
sistem kapitalisme yang menyengsarakan.
Selasa, 02 Juli 2013
MENGAPA HARUS BERDAKWAH? (2)
MENGAPA HARUS BERDAKWAH?
(2)
Sebelumnya kita telah
membahas alasan pertama mengapa kita harus berdakwah. Karena Islam agama dakwah
dan kalimat laa ilaha illallah muhammadan rasulullah adalah inti
ajaran Islam dan sekaligus pendorong utama kegiatan dakwah.
Friends, alasan selanjutnya
mengapa kita harus berdakwah adalah karena kita mengikuti teladan kita baginda
Nabi Muhammad saw. Kita tahu bahwa dakwah adalah misi utama kenabian beliau
saw. Sepanjang Nabi Muhammad diutus sebagai nabi dan rasul maka kehidupan
beliau tidak pernah lepas dari aktivitas dakwah menyampaikan risalah Islam
kepada bangsa Arab dan juga seluruh umat manusia.
Allah SWT berfirman:
إِنَّا أَرْسَلْنَاكَ بِالْحَقِّ بَشِيراً وَنَذِيراً وَإِن مِّنْ أُمَّةٍ إِلَّا
خلَا فِيهَا نَذِيرٌ
Sesungguhnya
Kami mengutus kamu dengan membawa kebenaran sebagai pembawa berita gembira dan
sebagai pemberi peringatan. Dan tidak ada suatu umatpun melainkan telah ada
padanya seorang pemberi peringatan. (QS. Fathir: 24)
Kalau kita mempelajari
sejarah kehidupan Rasul saw – semenjak diutus sebagai nabi dan rasul hingga
beliau wafat – maka akan terpampang nyata (bahasanya Syahroni) bahwa kehidupan
Nabi saw adalah kehidupan dakwah.
Pertama, sejak beliau diangkat menjadi nabi dan rasul, sepulang
dari gua Hira’ setelah pertemuan beliau dengan malaikat Jibril, Nabi saw
langsung mengajak istri beliau tercinta Khadijah ra. untuk beriman kepada Allah
dan beriman bahwa Beliau saw adalah utusan Allah. Khadijah pun beriman dan
menjadi pendukung utama dakwah Nabi Muhammad saw.
Lalu Rasul saw mengajak Ali
bin Abi Thalib, Abu Bakar dan Zaid bin Haritsah. Mereka pun beriman. Rasulullah
terus mengajak masyarakat untuk memeluk agama Islam dan meninggalkan kehidupan
jahiliyah yang rusak. Sebagian masyarakat menerima dakwah Nabi dan masuk Islam,
sementara sebagian lagi ada yang menolak bahkan memusuhi dakwah Nabi.
Friends, kita musti salut
kepada teladan kita Nabi Muhammad saw. Kenapa? Karena beliau sangat gigih dalam
berdakwah dan tidak kenal menyerah meskipun banyak yang menentang beliau.
Beliau seringkali diejek, dihina, difitnah, dicaci-maki bahkan dianiaya,
dilempari kotoran dan berbagai perlakuan buruk tapi beliau tetap teguh
memperjuangkan agama Allah. Beliau juga tidak tertarik dengan tawaran kaum
kafir Quraisy, bahwa mereka akan memberikan harta yang berlimpah, kedudukan
tinggi dan akan dicarikan wanita tercantik untuk dinikahkan dengan beliau
asalkan beliau meninggalkan dakwah. Friends, tahukah kalian apa jawaban Nabi
saw ketika mendapat tawaran seperti itu? Ini jawaban beliau:
“Demi Allah, seandainya mereka meletakkan
matahari di tangan kananku dan bulan di tangan kiriku agar aku meninggalkan
persoalan ini (Islam) hingga Allah memenangkan perkara ini atau aku mati
karenanya, niscaya aku tidak akan meninggalkan persoalan ini”.
Kedua. Setelah pada awalnya dakwah dilakukan secara
sembunyi-sembunyi, pada tahapan selanjutnya dakwah pun dilakukan secara
terang-terangan, tanpa tedeng aling-aling! Ketika Rasul melakukan dakwah secara
terbuka maka permusuhan kafir Quraisy semakin besar. Mereka semakin “gerah”
dengan dakwah Nabi saw. Mereka semakin brutal.
Para sahabat Nabi mulai
mendapat penganiayaan. Ada yang dijemur di padang pasir yang panas membara dan
di atasnya ditindih batu besar. Ada juga yang disiksa hingga menjadi syuhada’.
Mereka dipaksa agar keluar dari Islam, tetapi keteguhan iman mereka telah
mengalahkan pedihnya siksaan. Rasulullah sendiri mengalami pemboikotan
(embargo) selama tiga tahun sehingga beliau sangat menderita. Sekali lagi kita
harus salut pada perjuangan Rasulullah dan para sahabat beliau.
Dan masih banyak kesulitan
yang dihadapi Rasulullah dan para sahabat. dalam rangka mendakwahkan risalah
Islam ke tengah-tengah masyarakat. Berapa banyak? Banyak sekali! Makanya tidak
mungkin disebutkan satu-persatu dalam tulisan ini. Untuk lebih lengkapnya
silahkan baca sendiri di kitab-kitab siroh Nabi. Di sini singkat saja, dan kita
langsung masuk ke tahap ketiga.
Ketiga, Rasulullah beralih dari dakwah di Makkah menuju Madinah.
Di sini Rasulullah saw bukan hanya menjadi seorang da’i yang menyeru manusia ke
jalan Allah, tapi di Madinah Rasul juga berperan sebagai seorang kepala negara.
Di Madinah dakwah Rasul diterima dan masyarakat mayoritas memeluk Islam. Hukum
yang diterapkan juga hukum Islam. Wah, sudah enak dong. Sudah nggak dimusuhi
lagi?
Seandainya Rasulullah
berhenti sampai Madinah, di sini masyarakat menerima Rasulullah dan bersedia
melindungi beliau, mungkin sudah enak. Mungkin. Tapi bukanlah seorang Rasul
jika beliau saw berhenti berdakwah menyampaikan risalah Islam. Dakwah terus
berlanjut.
Rasulullah saw mengajak
seluruh bangsa Arab dan memerangi mereka hingga masuk Islam. Tidak hanya itu,
Rasulullah juga mengajak raja-raja Mesir, Persia sampai Romawi untuk memeluk
agama Islam dan mengancam mereka dengan siksaan neraka. Ini bukan main-main,
Friends. Umat Islam pada waktu itu masih sangat sedikit dan sudah berani
menghadapi negara-negara adidaya semacam Romawi dan Persia. Coba kalau
sekarang, umat Islam sedemikian besar tapi tidak berkutik melawan musuh-musuh
Islam yang sering menghina Islam. Kok bisa ya? Ada di pembahasan lain. Insya
Allah.
Demikianlah, kehidupan
Rasulullah saw tidak pernah lepas dari aktivitas dakwah. So, kita sebagai umat
Islam wajib mengikuti beliau.
Rasulullah saw bersabda: “Sampaikanlah
dariku walau hanya satu ayat”. Ini salah satu perintah untuk berdakwah,
selain banyak sekali ayat-ayat Al-Qur’an dan hadits Nabi yang memerintahkan hal
yang sama.
Friends, dakwah di masa
sekarang – dimana masyarakat telah jauh dari ajaran Islam dan tidak lagi menerapkan
hukum Islam – adalah mengajak masyarakat untuk kembali menerapkan syariat Islam
dalam seluruh aspek kehidupan. Syariat Islam wajib dilaksanakan secara kaffah
(keseluruhan) sehingga kita berdosa jika tidak menerapkan hukum Islam. Di
samping itu tidak diterapkannya hukum Islam dalam seluruh aspek kehidupan
membuat kehidupan masyarakat menjadi rusak dan menyebabkan penderitaan. Pun
kita wajib mengajak orang-orang non-Muslim untuk masuk Islam, tentunya tanpa
paksaan. Wallahu a’lam.
Langganan:
Postingan (Atom)